aku dan kamu adalah energi,...segala sesuatu dalam semesta ini adalah energi,...dan energi itu terhubung satu sama lain,...

29 Agustus 2008

Sakit hati & kecewa itu manusiawi, menderita karenanya itu pilihan

Hampir semua orang di dunia ini pernah ngalamin yang namanya sakit hati atau kecewa, karena manusia itu dicipta dilengkapi dengan perasaan. Aku pernah baca di kolom motivasinya Anthony Dio Martin di bulletin Bisnis Indonesia tentang kisah dua wanita yang pernah dilecehkan secara seksual oleh orangtuanya. Sikap yang diambil keduanya sungguh berbeda, satunya hidup menderita dan mulai membenci semua laki-laki, satunya lagi bisa belajar memaafkan dan memulai lembaran hidup baru dengan lebih berhati-hati memilih pasangan.

Beberapa kali aku pernah dicurhatin temen-temen cewekku yang sedang mengalami putus cinta, termasuk belum lama ini. Beberapa diantaranya bahkan ngomong ke aku kalau berkeinginan untuk bunuh diri karena merasa gak sanggup untuk hidup tanpa tuh cowok, biasanya kalau udah sampe ngomong gitu aku malah bingung sendiri mau ngomong apa ke temenku itu. Paling banter dengan sok bijaksana aku ngoceh “sudahlah, masih banyak hal lain yang indah di dunia ini”.

Dengan kadar yang berbeda aku juga pernah ngalamin sakit saki & kecewa, hampir sebulan yang lalu aku pernah menulis diblog ini yang berjudul Bebas Tafsir, karena prasangka dan penafsiran sepihak dari seseorang aku benar-benar menjadi korban dari penafsirannya itu, rasanya benar-benar byar pet, gelaaap. Sesuatu yang aku rintis secara perlahan selama berbulan-bulan, ketika hasilnya sudah mulai tampak melambai didepan mata, sontak buyar seketika. Harapan yang sempat melambung tinggi, dalam sekejap lenyap bagai ditelan bumi. Jangan tanya rasanya kayak apa, dunia ini rasanya seakan berhenti berputar.

Apalagi sampai sekarang aku masih sering ketemu dengan aktof penafsir itu. Awalnya aku benar-benar harus menata hati dengan keras, sebab bagaimanapun juga aku tetaplah manusia biasa. Setelah berjuang melakukan afirmasi dengan mensugesti diri dan mengikhlaskan segala sesuatunya, akhirnya akupun baru bisa mendamaikan lagi hati ini.

Segala bentuk peristiwa, seburuk apapun itu pasti ada hal baik yang bisa diambil hikmahnya. Ibarat jamu pahit yang menyehatkan badan, dan mungkin juga ini adalah jawaban dari doa kita setiap malam, “ya Tuhan berilah aku jalan yang terbaik”, ketika kita melihat di depan mata jalan tol yang mulus untuk dilalui, Tuhan seolah ingin mengajak kita berjalan melalui jalan terjal berbatu dan berliku, menuju tujuan yang entah itu berupa apa. Mungkin saja jalan tol yang mulus itu justru akan menjerumuskan kita, sedang jalan yang tampak berbatu ini adalah jalan yang menyelamatkan.

Kadang jalan yang kita nilai baik dan mulus, belum tentu baik buat Tuhan, sebab Tuhan bisa melihat seperti apa akhir dari perjalanan yang kita ambil itu.

Jadi inget, dulu setelah lulus kuliah aku mengikuti tes di suatu lembaga konsultan system, yang ngetes adalah bekas temen kuliahku sendiri, tapi ternyata aku gak diterima di situ. Rasa kecewa & jengkel bercampur aduk dengan perasaan menyalahkan temenku itu, kok ya nggak mau mbantuin aku gitu lho. Tapi gak sampe sebulan setelahnya, perasaan kecewa itu berubah menjadi rasa syukur, karena aku diterima kerja di lembaga konsultan yang jauh lebih besar, coba seandainya aku diterima di tempat yang pertama, mungkin aku gak akan pernah berkesempatan untuk dapat bekerja di tempat yang kedua. Aku merasa beruntung banget gak diterima ditempat pertama. Peristiwa mirip-mirip kayak gini beberapa kali aku alami, ketika aku menghendaki sesuatu yang aku inginkan, aku malah tidak mendapatkannya, tapi setelahnya aku justru mendapatkan yang jauh lebih baik dari yang aku inginkan tadi.

Selalu berprasangka baik terhadap apapun, bahkan terhadap peristiwa yang paling menyakitkan sekalipun bukanlah hal yang mudah. Karena bukan suatu hal yang mudah itulah maka perlu latihan secara berkesinambungan dan tanpa henti, sama seperti kalau kita berolah raga melatih otot agar tetap selalu kuat, maka otot untuk berprasangka baik, ikhlas menjalani segala sesuatu juga perlu untuk dilatih agar menjadi kuat. Awalnya mungkin tampak melelahkan dan kita akan kepayahan, namun bila itu sering kita lakukan secara terus-menerus akan menjadi kebiasaan yang melegakan.

Hidup adalah pilihan, menyikapi suatu peristiwa atau keadaan semuanya tergantung pada diri kita. Ingin tetap menikmati keterpurukan, atau bangkit dengan menjadikan peristiwa atau keadaan itu sebagai guru terbaik dalam hidup semuanya kembali pada diri kita. Teman, sahabat, saudara ataupun orangtua bukanlah pelaku utama dalam menentukan pilihan, mereka hanya sekedar membantu, memberikan saran ataupun dukungan, sekali lagi semuanya tetap kembali pada diri kita. Semoga pilihan terbaiklah yang kita ambil dan benar pada akhirnya.

Wassalam

Gambar diambil dari sini

0 komentar: