aku dan kamu adalah energi,...segala sesuatu dalam semesta ini adalah energi,...dan energi itu terhubung satu sama lain,...

04 November 2008

Untuk Apa Aku Dilahirkan

1 Nopember lalu, disaat gereja Katholik Roma merayakan hari semua orang kudus berdasarkan kalender liturgis, aku secara pribadi merayakan peristiwa kelahiranku.

Aku tidak tahu secara persis bagaimana peristiwa yang bersejarah buatku itu terjadi, aku hanya tahu dikemudian tahun bahwa aku dilahirkan di Panti Nugroho, sebuah rumah sakit bersalin di Jakarta. (gak tau sekarang masih ada atau enggak), oleh seorang ibu yang sungguh luar biasa dalam mencintai aku.

Sampai sejauh ini aku belum juga bisa mengerti, sebenarnya untuk apa manusia itu (dalam hal ini secara khusus adalah aku) dilahirkan ke dunia ini.

Sebagai Sang Maha Tahu tentu Sang Pencipta sudah mengerti benar akan menjadi seperti apa aku saat dilahirkan ke dunia ini. Apakah akan menjadi orang baik ataukah orang jahat.

Secara teori & dalil2 hampir semua kitab suci agama-agama besar, mengatakan bahwa aku diberi kebebasan untuk memilih dan berkehendak. Tapi sekali lagi, jalan seperti apa yang akan aku pilih, tentu Sang Pencipta sudah mengetahuinya jauh sebelum aku diciptakan. Apakah itu pilihan baik yang aku ambil hingga aku bisa dekat denganNya atau pilihan buruk yang akan menyebabkan aku menjauhiNya, Dia sudah tahu.

Bahkan sebelum aku diciptakan, Diapun sudah tahu setelah mati nanti aku akan masuk surga atau neraka, bukankah Dia Maha Tahu ?

Apa mau dikata, aku sudah terlanjur lahir, gak mungkin aku menolak kelahiranku sendiri. Aku memang tidak pernah meminta untuk dilahirkan, tapi bukan berarti aku tidak mensyukurinya.

Karena segala sesuatunya sudah terjadi, maka aku ingin menikmati kehidupanku ini semaksimal mungkin dengan caraku sendiri. Kalo aku merasa nikmat, misalnya dengan aktivitas tidur, beol, bengong, ngulet ya sudah akan aku jadikan itu sebagai kebiasaan yang menyenangkan.

Hal yang ingin selalu aku pelajari adalah belajar bagaimana bisa ikhlas terhadap apapun, ikhlas menerima atas apa yang sudah terjadi, atas apa yang akan terjadi, karena kehidupanku sendiripun ternyata bukanlah milikku. Aku ini hanya menjalankan peran, peran yang bahkan aku sendiri tak tahu pasti akan berujung seperti apa.

Buat sebagian orang mungkin ikhlas adalah suatu sikap yang lemah, akupun pernah berpandangan seperti itu. Bisa jadi aku akan mengalami kerugian dalam hal ragawi dengan bersikap seperti itu, tapi tidak untuk jiwa. Bukankah hidup tidak harus mengikuti kemauan daging.

Jadi sebenarnya untuk apa aku dilahirkan, jawabannya adalah untuk terus menerus belajar bagaimana cara mengucapkan dan mengimani dengan penuh keikhlasan “Terjadilah padaku menurut kehendakMu” karena itulah sikap keikhlasan tertinggi yang pernah aku dengar.

Ujian akan selalu datang, karena dengan cara itulah pelajaran keikhlasanku akan diukur. Ada kalanya aku berhasil, ada kalanya aku harus mengulang, bahkan ada kalanya aku akan terlihat bodoh….. atau bahkan di suatu kesempatan ekstrim aku akan bersikap munafik dengan menjilat ludah perkataanku sendiri…..

Aku berdoa dengan penuh harap…. agar suatu saat nanti sikap ikhlas itu benar-benar aku miliki. Karena hanya dengan keikhlasanlah aku tetap bisa bersyukur disaat aku kehilangan orang-orang yang aku cintai, atau disaat-saat aku sedang mengalami hal buruk.

Aku berkeyakinan, hanya rasa ikhlaslah yang memampukan diriku untuk tidak pernah mengurangi rasa syukurku atas kehidupan ini, bahkan seandainya malapetaka menimpaku.

Jadi bila ada yang bertanya padaku, untuk apa aku dilahirkan…..
Aku hanya ingin menjawab dengan sederhana, bahwa aku hanya ingin belajar….belajar dan terus belajar entah sampai kapan….untuk memiliki sikap ikhlas……aku gak peduli apa yang akan terjadi pada kehidupanku saat ini, besok atau nanti, aku hanya ingin ikhlas menjalankan peran itu, biarlah yang lain menjadi urusan Sang Pencipta, tugasku hanyalah ikhlas menjalani apa yang telah menjadi peranku…..

Jikalau tiba saat aku menjalani peran yang buruk, aku akan berdoa, Tuhan berikanlah aku keikhlasan untuk menjalaninya……

Jikalau tiba saat aku menjalani peran yang baik, aku akan berdoa, Tuhan berikanlah aku keikhlasan untuk menjalaninya……

Roda kehidupan akan terus berputar, namun aku hanya ingin satu yang pasti dari perputaran itu….yaitu sikap ikhlas dalam menjalani semuanya…..

Dengan penuh kesederhanaan, aku ingin suatu saat aku mampu berkata dengan penuh keikhlasan :

“Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendakMu”, karena hidupku ini bukanlah milikku.

Gambar diambil dari sini

0 komentar: