aku dan kamu adalah energi,...segala sesuatu dalam semesta ini adalah energi,...dan energi itu terhubung satu sama lain,...

04 Agustus 2008

Buku manual kehidupan

Sewaktu aku beli pompa air minum mineral ukuran galon di hari Minggu kemaren, aku sempat bingung gimana cara merangkainya, padahal aku beli yang baru itu untuk menggantikan pompaku yang lama gara-gara dirusakin temenku. Lah kalo dulu bisa ngerangkai kenapa sekarang enggak, begitu pikirku.

Sambil ngeliat-liat buku petunjuk cara merangkai & cara penggunaannya, akhirnya gak butuh waktu lama selesai juga rakitan pompaku. Ternyata dengan adanya buku petunjuk itu sangat membantu aku buat ngerakit.

Ah seandainya saja masing-masing manusia dibekali dengan buku petunjuk manual cara mengarungi kehidupannya di saat lahir, pasti segala sesuatunya bisa dijalani dengan mudah. Aku tentu tidak perlu bingung disaat dilema kehidupan datang menghampiri di pesimpangan jalan. Aku tinggal melihat di buku manual itu, apa yang harus aku lakukan, beres. Dan aku gak perlu takut bahwa apa yang aku lakukan itu salah.

Lah kalo pompa bikinan manusia yang cuma seharga 18 ribu perak aja disertai dengan buku petunjuk manual lengkap, kenapa manusia yang katanya ciptaan paling sempurna & berharga dimataNya gak disertai buku petunjuk cara mengarungi hidup saat dia dilahirkan? Apa gak seharusnya sejak manusia itu lahir disertai dengan buku petunjuk manual yang jauh lebih lengkap, mengingat kompleksitas permasalahan yang akan dihadapi & diarunginya?

Pertanyaan kayak gini sebenernya bukan cuma sekali aja muncul di benakku, gak tau udah berapa banyak buku yang aku baca, berapa kotbah yang aku dengar & berapa banyak orang yang aku tanyai untuk mencari jawaban. Ketika aku hampir saja menemui jawaban, muncul lagi pertanyaan berikutnya, terus buat apa manusia itu hidup.

Apa ya cuma sekedar lahir, sekolah, kerja, kawin, berkeluarga, tua, terus mati? Kok kayaknya monoton banget. Apa ya ini akan menjadi sebuah pencarian yang membutuhkan waktu seumur hidup?.

Aku sering denger ungkapan yang mengatakan kalau hidup itu adalah perjuangan, tapi aku juga pernah baca buku yang mengatakan, kalau kamu menganggap hidup ini adalah sebuah perjuangan maka kamu akan mendapati hidupmu itu selalu dipenuhi dengan perjuangan dan pergulatan yang keras, tetapi kalau kamu menganggap bahwa hidupmu sebagai suatu karunia yang takkan pernah habis untuk dinikmati, maka kamu akan mendapati hidupmu selalu dipenuhi dengan rasa syukur yang selalu memancar dari hatimu. Nah loh, mana tuh yang bener. So pasti keknya aku lebih setuju pandangan yang kedua.

Rata-rata umur manusia itu kan paling berkisar antara 60-70 tahun, berarti sudah hampir separuhnya aku lalui, nah disini aku coba lihat sebentar perjalanan hidupku kebelakang. Kayaknya perjalanan hidupku itu lebih berbunyi dan lebih menceritakan kalau aku tuh hidup lebih karena kebetulan deh, bukan karena perjuangan.

Kebetulan aja aku dilahirkan di keluarga yang baik dan cakap mendidik aku sampe kayak gini, aku gak pernah merasa berjuang minta pada Tuhan untuk dilahirkan di keluarga yang kayak apa. Kebetulan keluargaku waktu itu bisa menyekolahkan aku sehingga aku gak perlu berjuang agar aku bisa sekolah, kebetulan aja pas udah lulus kuliah aku ikut camping miskam kemudian mendapat tawaran kerja dari salah satu alumni sehingga aku gak perlu berjuang untuk cari-cari kerjaan, kebetulan juga aku pernah dapet kerjaan di solo karena dapat tawaran dari seorang teman, sehingga aku gak perlu berjuang untuk mendapatkan gaji seperti yang aku inginkan waktu itu, kebetulan juga aku bisa balik lagi ke jogja karena dapet tawaran kerja dari seorang teman, sehingga aku gak perlu berjuang agar bisa dapet kerja di Jogja. Kebetulan aja aku bisa main internet, bisa ngeblog sampe dapet duit gara-gara diajarin temenku, sehingga aku gak perlu berjuang susah payah, pontang panting, lintang pukang, buat belajar sendiri.

Nah kalo emang bener hidup itu perjuangan, lalu dimana sisi perjuangan hidupku, lha wong semua yang aku dapat serba kebetulan, kayaknya buat aku emang lebih tepat kalo hidup itu adalah suatu karunia yang gak akan pernah habis untuk dinikmati & disyukuri deh, dan aku percaya semua kebetulan-kebetulan baik akan selalu menghampiriku disaat ini dan dimasa mendatang, sehingga dengan demikian aku gak perlu lagi yang namanya buku manual kehidupan. Gitu...

So....gimana dengan idup lo....

0 komentar: